Sabtu, 26 Mei 2012

Manisnya Oktober di Negeri Jiran #3


Perempuan itu mungkin usianya antara tiga puluh menjelang empat puluhan. Pastinya berapa, entahlah. Namun, dia sangat enerjik dan baik hati. Umi Aida namanya. Kami bertemu tidak sengaja dengannya. Bertukar cerita. Ternyata kisah bahwa ketika di negeri orang bertemu dengan teman yang berasal dari negara yang sama akan terasa bagai saudara, itu sungguhan. Bukan isapan jempol belaka. Umi Aida berasal dari Surabaya dan sudah bekerja di Kualalumpur sekitar dua puluh tahun lamanya.  Kami seketika akrab, bertukar nomor kontak, dan berjanji akan bertemu lagi. Dia berjanji akan menemani kami ke beberapa tempat. Kami? Tentu saja tak keberatan.

Jarak yang tidak terlalu jauh antara apartment dengan Suria KLCC atau lebih dikenal sebagai Twin Tower, Menara Kembar Petronas itu membuat kami memutuskan untuk menempuhnya dengan berjalan kaki. Tidak butuh waktu terlalu lama untuk sampai disana. Kami memang berjanji bertemu di KLCC dengan Umi Aida.


KLCC sendiri sebenarnya merupakan pusat perbelanjaan setinggi lima lantai, terletak di bawah Menara Kembar Petronas. Di halamannya, terdapat taman dengan air mancur simfonik. Cukup mengasikan memang berfoto disini, Kawan.
Inilah SURIA KLCC

Di halaman KLCC

Inilah air mancur simfonik yang kumaksud

Menara Kembar Petronas

Bersama teman-teman di bawah Twin Tower

Berteduh sambil berfoto di area KLCC
Cukup lama kami berfoto-foto di area Menara Kembar ini, hingga Dzuhur menjelang. Usai bermanja-manja dan banyak merajuk pada Tuhan, ada yang berdemonstrasi : perut. Lapar. Kami putuskan memenuhi hak badan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Kami memilih sebuah restoran di KLCC.


Aku berkesempatan mencicipi nasi lemak. Rasanya gurih, Kawan. Ini disebabkan memang pada proses pembuatannya ditambahkan santan. Nasi lemak ini merupakan makanan khas Malaysia dan Singapura. Umumnya pada penyajiannya didampingi oleh telur, mentimun, teri goreng, dan sambal. Namun, kini dijual dengan berbagai lauk pendamping : daging sapi, ayam, sotong, udang, limpa, dan hati. Ya, contohnya yang kumakan ini, lauknya bukan ikan teri, melainkan ayam. Bibirku mengkilat usai menyantap nasi lemak. Sungguh-sungguh licin ini nasi, berlemak maksudku. :)
***
Umi Aida yang sudah tinggal dua puluh tahun disini, membuat kami tak perlu repot-repot memikirkan naik apa dan harus kemana. Tak khawatir menempuh jalan yang keliru lagi. Kami manut saja saat Umi Aida mengajak kami naik bus…
Narsis dikit saat di bus kota menuju pasar seni :)

Menjelang turun Umi Aida berteriak : “One ringgit, please!”. Dan kami akan sibuk mencari uang dengan pecahan satu ringgit. Umi Aida akan memberikan uang kami semua pada pengemudi bus sembari mengucapkan terimakasih. Bus yang kunaiki ini, mungkin serupa bus kota jika di Indonesia. Peraturan yang diterapkan pun sama : jauh dekat jarak tempuh dikenakan tarif yang sama.

Tujuan pertama kali adalah Mydin yang terletak di jalan Masjid India atau kerap disebut Mydin Masjid India. Menurut Umi Aida cukup nyaman mencari oleh-oleh disini. Disini aku tak banyak membeli barang, hanya menemukan sebuah kain sari khas India yang kurasa cukup cantik, terlebih sari tersebut dijual dengan harga cukup terjangkau. Aku memutuskan membelinya, sembari membayangkan sesampainya di Bandung sari ini akan kubuat baju serupa tunik, seperti yang sering kulihat di film India. Hehe.

Destinasi berikutnya adalah pasar seni. Alat transportasi yang kami gunakan masih sama : bus. Dan Umi Aida kembali berteriak : “One ringgit, please!”, saat kami hendak turun. Prosesi selanjutnya bisa ditebak kan, Kawan? :)
 
Pasar Seni atau Central Market ini menonjolkan salah satu warisan seni bangunan Kualalumpur yang berfungsi sebagai ajang bazaar. Di dalam bazaar, para pelukis lokal asyik menyelesaikan lukisan mereka sambil memaparkan hasil lukisan mereka kepada orang banyak. Pasar Seni juga menjadi tempat terkumpulnya berbagai jenis hasil seni dan kerajinan tangan tradisional dari Malaysia dan negara Melayu serantau. Disini bisa ditemukan aneka souvenir khas Malaysia : mulai dari miniatur Menara Kembar hingga Postcard. Kaos bertuliskan Malaysia dan sejenisnya serta aneka rupa barang yang cukup layak untuk jadi oleh-oleh dapat ditemukan disini. Jika sedang berbelanja disini kemudian merasa haus atau lapar, maka bisa berkunjung ke lantai atas. Disana terdapat semacam foodcourt.

Malam yang turun perlahan membatasi langkah-langkah kami. Pun mengakhiri kebersamaan kami dengan Umi Aida. Kami melangkah menuju apartment sambil sesekali suara Umi Aida memenuhi gendang telinga kami : “One ringgit, please!”. :)

Jika Umi Aida berselancar internet dan tak sengaja membuka rumah mayaku ini, kusampaikan sekarung terimakasih atas penjagaan layaknya pada putra sendiri serta atas manisnya buah-buahan yang Umi bagi selama perjalanan, tak lupa salam rinduku untuk Umi dimana pun berada.



Rumahku Surgaku, 25 Mei 2012
~Icha Planifolia~





Tidak ada komentar:

Posting Komentar