Suatu sore di
Kualalumpur…
Lelah yang menjajah badan -setelah menempuh perjalanan
sejak shubuh, mengantri untuk mengurus administrasi ini-itu di bandara,
menempuh perjalanan udara, hingga tiba di KLIA, dan ternyata masih harus naik
bus menuju apartment di jantung kota
Kualalumpur- seolah pura-pura tak kami rasakan. Nyatanya, sore ini kami sudah
memutuskan untuk sedikit menjelajahi sudut Kualalumpur.
Sebenarnya tak ada yang terlalu menarik jika dilihat dari
destinasi : Sungai Wang Plaza. Sebuah mall yang terletak di jalan Bukit
Bintang. Kukira mall ya sama saja seperti kebanyakan mall. Sudah cukup kenyang
juga berkunjung ke mall di Paris Van Java.
Namun, yang membuatku excited adalah
perjalanan menuju Sungai Wang Plaza. Konon disini kita bisa memilih beberapa
alternative transportasi : bus, taxi, namun yang menyita perhatianku adalah
kereta api dan monorail.
Aku tertarik karena jalan disini sudah seperti rumah
bertingkat saja. Lintasan kereta api terletak di bawah jalan untuk kendaraan
bermotor lain, di atas jalan tersebut terdapat kereta layang atau monorail. Taxi, bus, dan kereta api, aku
pernah coba menggunakannya. Maka, kali ini aku dan beberapa teman ingin mencoba
monorail, Kawan.
Gambar diambil dari sini |
Dari apartment
kami di jalan P Ramlee, kami berjalan kaki menyusuri trotoar. Trotoar jalan
disini memang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Tak kutemukan ada pedagang
berjualan di trotoar. Sejauh ini pun aku belum menemukan gundukan sampah di
kanan atau kiri jalan. Tujuan kami adalah stasiun monorail Bukit Nanas. Kami akan naik monorail dari Bukit Nanas menuju Bukit Bintang. Jika kawan-kawan
akan berkunjung ke Kualalumpur dan ingin berhemat, aku sangat merekomendasikan menggunakan
monorail. Tarifnya murah untuk menjelajahi kualalumpur. Kita akan dikenai biaya
sekitar RM 1,6 hingga RM 2,1 tergantung tujuan. Atau sekitar Rp 4800 hingga Rp 6300
(saat itu RM 1 senilai dengan Rp 3000).
Monorail ini sebelumnya
dikenal dengan Peoplemover Rapid Transit atau PRT. Pertama kali dibuka pada 31
Agustus 2003 dan memiliki 11 stasiun yang terbentang sepanjang 86 km dengan dua
jembatan kereta paralel. Monorail ini
memanfaatkan kereta dua gerbong permanen yang dapat menampung 158 penumpang
pada operasi biasa.
Ini di stasiun Monorail |
Nampaknya ini adalah alat transportasi yang cukup diminati,
Kawan. Penuh sekali. Aku terpaksa berdiri untuk beberapa saat. Hingga di
stasiun berikutnya barulah aku dapat tempat duduk. Di hadapanku, dua orang
laki-laki paruh baya asyik berbincang sambil sesekali saling melempar canda.
Disampingku, seorang gadis yang kuduga bukanlah penduduk asli Malaysia.
Wajahnya yang khas, kiranya dia gadis keturunan Arab. Aku membagi senyum
padanya. Dia membalas senyumku. Memungut senyum di tempat asing itu sensasinya
luar biasa, Kawan.
“Hi!”, aku coba
menyapanya.
“Hi! Are you Malaysian?”
“No, I’m Indonesian.
How about you?”
“I’m from Turki.”
“O…”, aku tersenyum. “Do
you have a holiday here?”
“No, I’m studying
here.”
Dan selanjutnya gadis Turki itu bercerita tentang program
studi kebidanan yang diambilnya. Dan menyatakan dirinya menyukai Malaysia dan
belum ingin pulang ke Turki. Hingga ada pernyataannya yang sedikit membuatku
bingung :
“Are you wearing veil?”
“Yes, I’m…”
“Hahaha. One of the
reason I choose to stay in Kualalumpur is I don’t want to wear a vail. Ya, as
you know, in my country a lot of woman has to wear a veil.”
Menghindari memakai jilbab sampai hijrah ke negeri orang?
Aku sungguh tak habis fikir. Ternyata dua laki-laki paruh baya di hadapan kami
mendengar obrolan kami. Mereka ikut menimpali. Menanyakan agama si gadis Turki.
Sampai pembicaraan masuk ke ranah yang semakin membuat kepalaku keriting saat
sang gadis bertanya padaku : Kau percaya Muhammad?
Tak bisa kulanjutkan diskusi yang entah akan bermuara
dimana itu, tersebab monorail sudah sampai di Bukit Bintang. Itu berarti saatnya
aku turun. “See you. I’m glad to meet
you.”, sebuah senyum perpisahan kuberikan. Begitu juga si gadis Turki itu :
balas tersenyum sembari melambaikan tangan.
Kubawa kenangan tentang gadis Turki yang tak sempat kutanya
namanya itu, sambil terus melangkah menuju Sungai Wang Plaza. Teman-teman yang
terus riuh berceloteh dan bercanda, perlahan menghapus aneka rasa yang
tiba-tiba hinggap pasca perbincangan singkat dengan gadis Turki itu. Sampai aku
tenggelam dan lupa.
Dan hari ini di sudut rumahku, ingatan tentang monorail dan
gadis Turki itu kembali mencuat.
“Hi! I don’t answer
your question yet. Do you still remember that you asked : “Do you believe
Muhammad?”. Yes, I do. More than believing…”
Rumahku Surgaku, 25 Mei 2012
~Icha Planifolia~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar