Ada
jeruji duka dalam kelambu hati mereka
Nyawa
ini bisa dilemparkanNya dimana saja
di hiruk
pikuk jalanan
atau di
gagahnya tebing terjal
Kau
cium itu, Sayang?
Bau
nanah dari hati yang luka
Dibalur
ngerinya rasa dan air mata
Di halaman
rumah kita, bau tanah menguar di udara
Sisa
gerimis meningkahi aku punya gulana
Rahangku
kaku serupa gelisah batu karang
Aku
yang tak suci, tapi ku kira ku punya nurani
Lihatlah
mereka, Sayang!
Kokohnya
lereng gunung serupa layar bioskop
Entah air
terjun itu menjelma rol film
‘Aktris’
dan ‘aktor’ bersliweran
dalam gurat
lelah dan cemas
diajari
meramu kengerian menjadi ketegaran atas nama kemanusiaan
Dan puluhan
kantung jenazah jadi atraksi paling ‘indah’
Aku mau
berteriak lantang di muka mereka, Sayang…
Aku
yang tak suci, tapi hatiku tak kebas
Rangkulan
tanganmu yang paling menenangkan
Tak menjemputku
dari danau jiwa yang murka
Dengan
hampa dan terluka…
“Aku
hanya sanggup merapal mantra doa
sebagai
wujud belasungkawa
atas
penghinaan kemanusiaan yang menjadikan kalian tontonan.”
Aku
menemui Tuhan serupa anak kecil kehilangan mainan
pipi basah
dan ingus meleleh
Tuhan
tersenyum dan menghadiahkan sekarung ketenangan
“Aku
Melihat dan Tidak Tidur.”
itulah sihir sakti serupa bujukan lembut milik bunda.
itulah sihir sakti serupa bujukan lembut milik bunda.
Rumahku
Surgaku, 18 Mei 2012
~Icha
Planifolia~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar